(Profil)
Senin (09/11/2015), tukang rongsokan, sebuah profesi yang acap kali deremehkan oleh sebagian besar orang, namun siapa yang menyangka bahwa menurut bapak Agus, bekerja sebagai perongsok merupakan pekerjaan yang mulia, tak peduli panas, basah dan bau yang menyengat beliau takkan mundur, bahkan hingga sampai detik ini pun masih ia geluti tanpa merasa kecil hati.
Bapak dari lima anak ini mempunyai semangat yang tak pantang menyerah, setiap bulannya bapak Agus memiliki penghasilan Rp.500 per bulan. Itu semua ia dapatkan dari hasil mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dipilah dari sekolah, jalanan, dan tempat-tempat pembuangan sampah yang akhirnya kemudian ia jual ke pengepul.
Dari hasil jeripayah itulah bapak yang sudah berumur 55 an ini, dapat menghidupi istri dan kelima anaknya,dari lima anaknya itu, 3 orang anak pak agus sudah menikah, dan 2 diantaranya masih menempuh pendidikan di bangku SMA dan SMP. Dan cita-cita beliau adalah meneruskan pendidikan dua orang anaknya itu kejenjang yang lebih tinggi.
Selain karna panggilan hati, Salah satu tujuan bapak Agus dalam melakukan pekerjaannya itu yakni untuk menjaga kebersihan lingkungan-lingkungan sekolah agar proses belajar mengajar pula dapat dijalankan dengan nyaman. Meski tak terlihat, tapi setidaknya beliau menyumbangkan sedikit keringatnya untuk hal-hal yang berguna bagi calon-calon anak-anak bangsa.
Beliau selalu bangga atas apa yang sudah ia raih selama ini dengan pekerjaan beliau sebagai pemungut sampah, beliaupun selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan kepadanya, bapak dari lima anak ini selalu berfikir mengapa ia harus selalu mensyukuru kedaan beliau yang sekarang, karna diluaran sana masih bnyak orang yang mempunyai pekerjaan sebagai peminta-minta, dan mengemis belas kasih orang lain tanpa berusaha. Bapak Agus mengatakan “kalau saya masih bisa berusaha mengapa saya tidak mengusahakannya”.
Namun tak semudah yang difikirkan, dengan pekerjaannya itu, bukan berarti pak Agus tak mendapatkan hambatan, salah satu hambatan pekerjaan pak agus ialah, para siswa siswi yang kerap kali mengolok-olok pekerjaan pak agus ini,dan tak jarang kadang mereka juga melemparkan botol-botol minuman di depan pak agus tanpa mempunyai rasa iba jikalau orangtuanya yang diposisikan di sana. Ditambah lagi anak beliau juga sekolah di tempat itu. Sedih mungkin sudah pasti buat pak Agus, tapi beliau selalu membalasnya dengan senyuman, beliau menganggap hal-hal seperti itu adalah sebuah ujian hidup buatnya.
Bahkan diselang-selang waktu luangnya memungut sampah,terkadang beliau memberikan wejangan-wejangan kepada para siswa siswi yang termasuk saya ketika waktu itu, beliau sering mengatakan kepada kami untuk selalu belajar dengan sungguh-sungguh supaya nanti bisa lulus semuanya tanpa adanya hambatan, dan nantinya bisa membanggakan orang tua.
Namun bagaimana keadaan para calon penerus bangsa kita saat ini?, bukankah seharusnya mereka sudah mendapatkan karakter akhlak yang mulia, sedangkan mereka sudah SMA. mereka melihat sosok pak Agus sebagai orang yang kotor karena pekerjaannya. Apa guna mereka disekolahkan oleh orangtuanya, mengeluarkan banyak uang tapi tak menerapkan ilmunya dengan baik. Bagimana jika orang tua mereka yang mengalami hal tersebut, apakah mereka masih akan memandang sebelah mata pekerjaan sebagai perongsok tersebut.
Kebanyakan dari mereka hanya mengejar prioritas semata, namun tak melihat keadaan yang ada di sekelilingnya, mereka baik-baik saja asalkan nilai mereka bagus. Bahkan banyak kita jumpai sekarang para siswa siswi yang sudah tak mempunyai rasa sopan santun terhadap orang tua, sedangkan mereka punya orang tua dan punya guru sebagai tenaga bembimbing dan pendidik mereka, harusnya mereka sekarang ini mampu menerapkan ilmu-ilmu yang diberikan kepadanya, terlebih lagi untuk ilmu-ilmu yang sederhana seperti sopan santun terhadap orang tua.
=======================================================================
MENCAPAI KESUKSESSAN DENGAN KERJA KERAS
Senin (09/11/2015), bapak sugianto adalah warga pindahan dari Kota Raya ke Toili, Kabupaten Banggai, karena beliau sulit untuk mendapatkan pekerjaan di kota asalnya sehingga membuat beliau harus terpaksa merantau ke kota orang demi mengais rejeki untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.
Awal mula ketika beliau memiliki rencana untuk merantau ke kota orang, tak sedikit ia temui berbagai cibiran dan kata-kata yang meremehkan niat beliau. Mereka mengatakan “apa yang nantinya bisa bapak Sugianto lakukan di kota orang”. Namun tak lantas kata-kata itu menyurutkan niat utama bapak Sugianto. Dan akhirnya pak Sugianto memutuskan untuk tetap merantau.
Di Toili pak sugianto mengawali karirnya sebagai seorang penjual es teler keliling di berbagai lorong-lorong rumah warga. Pak Sugianto tinggal di rumah kontrakan yang sederhana bersama istri dan anaknya, tanpa satupun keluarga dan orang yang ia kenal.
Namun bukan berarti pekerjaan pak Sugianto bebas dari hambatan, banyak sekali hambatan yang ia dapatkan, mulai dari cibiran hingga orang-orang yang iri terhadapnya karna pendatang baru tapi sudah punya pelanggan. Namun itu semua tak menyurutkan semangat kerja pak Sugianto, ia beranggapan bahwa “yang penting saya tidak berbuat salah terhadap orang lain mengapa saya harus minder terhadap orang lain”.
Bapak dari 2 orang anak ini mempunyai semangat kerja yang tinggi karena mempunyai tujuan jika, ketika nanti anaknya besar beliau bisa menyekolahkan anaknya hingga ke jenjeng yang setinggi-tingginya, agar mereka tak merasakan hal-hal yang sama seperti apa yang ia rasakan. Setidaknya kerja keras yang ia lakukan sekarang akan berbuah manis nanti di hari tuanya, dengan melihat anak-anaknya telah sukses.
Setelah beberapa tahun ia menjadi pedagan es keliling akhirnya beliau dapat membuka warung es tetap, tepat di depan sekolah SMA N 1 Toili, namun masih banyak juga orang yang iri terhadap usahanya, bahkan sanpai-sampai ada yang tega membakar peralatan dagangnya. Tapi pak Sugianto selalu berusaha ikhlas dalam menanggapi hal tersebut, beliau selau semangat dan terus berusaha.
Tak lama usaha beliau tidak hanya menjual es teler saja, tapi sudah menyediakan jualan soto, mie ayam, dan bakso. Dan alhamdulillah beliau memiliki pelanggan yang selalu setia sehingga membuat warung kecil beliau tersebut tidak sepi dari pembeli. Dari hasil jeripayah beliau itulah akhirnya beliau sekarang telah memiliki rumah sederhana sendiri, sehingga tidak lagi harus mengkontrak rumah lagi.
Dan kedua anaknya kini tengah menikmati apa yang sudah pak Sugianto cita-citakan dan perjuangkan jauh-jauh hari. Anak pertama pak Sugianto kini telah menjadi bidan di salah satu puskesmas di desa dimana ia tinggal, dan telah mempunyai gajih tetapnya sendiri. Kemudian anak kedua beliau sekarang tengah menempuh pendidikannya di STIFA, sebagai seorang calon Farmasi, dengan didikan yang keras dari orang tuanya juga, mereka dapat tumbuh sebagai anak-anak yang tangguh dan selalu menghargai orangtua mereka.
Walaupun pak Sugianto seorang pedagang es teler biasa, tapi anak-anak beliau sama sekali tidak pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang dari beliau, beliau selalu mendidik anak beliau supaya menjadi sorang anak yang ber kapribadian yang baik. Ternyata suksesnya orang tua mendidik dan menyukseskan anaknya tidak dapat dilihat dari jabatan apa orang tuanya, tapi melainkan dilihat dari bagaimana kerjakeras orangtuanya.
Dan orang-orang yang dulunya meremehkan pak Sugianto akhirnya kini malu dengan sendirinya melihat kesuksessan pak Sugianto dalam usahanya dan dalam menyukseskan anak-anaknya, dan sedikit demi sedikit dari mereka kini tengah perlahan-lahan mulai mendekati pak Sugianto. Sekarangpun pak Sugianto mempunyai pergaulan yang sangat meluas dengan orang-orang lain.
Menilai kesuksessan seseorang tidak dinilai dari apa pekerjaannya, tapi dinilai dari apa pengalaman, dan kerjakerasnya. Terbukti oleh opa yang dilakukan pak Sugianto kini, dengan kerja kerasnya yang tinggi, akhirnya beliau mempunyai banyak pengalaman di bidang kerjanya, dan pengalaman-pengalaman itulah yang menuntun beliau menuju kesuksessannya.
Siapa yang menyangka bahawa dulunya pak sugianto hanyalah seorang pedagang es keliling biasa sekarang bisa menjadi orang yang sukses, yang memilki pergaulan yang meluas dan dapat menyekolahkan kedua anaknya ke pendidikan tinggi, sesuai apa yang menjadi keinginan beliau dan keluarganya.
SULISTIANI
B 501 14 018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar