Tidak ingin disebut sebagai komunitas, mereka berkumpul dengan memiliki kegemaran yang sama. Kemudian membentuk sebuah wadah yang dinamai, Palu Graffiti.Berkreasi dengan menggunakan media tembok atau pada bidang datar. Begitulah yang dilakukan oleh sekumpulan anggota Palu Graffiti. "Kami lebih condong dinamakan sebagai sebuah wadah atau tempat bernaung daripada komunitas. Hahaha." Tutur Eno yang bertindak sebagai penggagas Palu Graffiti.
Mulanya terdapat sejumlah penggiat gambar yang menghasilkan karyanyapada sejumlah bangunan tembok yang ada di Kota Palu ini. Tetapi, mereka tidak ingin menampakan diri, alangkah segannya akan terjerat pelanggaran terhadap tata ruang kota ini. Kemudian salah seorang penggiatnya, berniat mengumpulkan para oknum yang memiliki hobi yang sama untuk mendirikan suatu wadah kumpul-kumpul yang bertujuan untuk berbagi pengalaman dan keahlian mengenai seni menggambar pada media tembok, yang biasanya disebut dengan istilah bombing. Atas dasar inilah Eno berani mempublikasikan diri pada khalayak umum mengenai suatu bidang seni gambar tersebut.
"Kami lebih condong dinamakan sebagai sebuah wadah atau tempat bernaung daripada komunitas. Hahaha." Tutur Eno yang bertindak sebagai penggagas Palu Graffiti.
Bermodalkan beberapa warna Cans atau cat semprot, Eno mengkreasikan gambarnya di tengah orang banyak untuk menarik perhatian. Hal tersebut dilakukan berulang kalihingga memancing beberapa penggiat graffiti atau Bomber lainnya agar memperlihatkan diri. Saat itulah asal muasal berkumpulnya para Bomber, yang kemudian ditetapkan sebagai suatu wadah bernama Palu Graffiti pada 1 Juni 2012.
Hingga saat ini anggota yang tergabung di Palu Grafiiti berjumlah 20 orang, mereka sendiri tidak mematok kriteria tertentu untuk bisa bergabung dengan Palu Graffiti. Bahkan menurut penuturan Eno, tidak sedikit orang yang tergabung di dalam Palu Graffiti adalah orang yang dapat menggambar. Mereka dengan tangan terbuka menerima siapapun untuk bergabung didalamnya.
Salah satu hal yang unik dalam Graffiti, adalah keahlian yang unik dimana pelakunya harus memiliki skill dalam menggambar. Mereka berprinsip, "Seorang pelukis tidak dapat membuat graffiti, begitu pula sebaliknya". Inilah dasar dari pemahaman mereka, bahwa seseorang yang membuat graffiti, tidak harus pintar melukis.
Tidak hanya berkreasi disekitaran Kota Palu, Palu Graffiti juga terjadwal sering melakukan perjalanan ke beberapa daerah diluar Kota Palu, seperti Donggala dan Poso adalah tempat tujuan untuk memamerkan hasil karya dan menjaring Bombers lainnya.Palu Graffiti juga pernah kedatangan tamu sesama Bombers yang berasal dari luar Kota Palu. Tergabung dalam TII (Transparancy International Indonesia), Share Room serta melakukan bombing bersama, selainitu juga pastinya ada sesi berbagipengalaman dan keahlian.
Palu Graffiti telah tergabung dan terdaftar di ISAD (Indonesia Street Art Database), sebagai perkumpulan pengrajin seni graffiti di pulau Sulawesi. Para anggota Palu Graffiti begitu mengharapkan agar mendapatkan pengakuan publik, khususnya di Kota Paluy dan meyakinkan pola pikir khalayak bahwa karya graffiti tak bernilai negatif. Namun kreasi tersebutadalah suatu ekspresi atau pengungkapanmengenai kritikan dan pemikiran melalui jalur seni dan kreatifitas.
======================================================================
Wujudkan Kota Palu Lebih Bersih & Hijau
Dalam rangka memperingati Momentum Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari, beberapa komunitas Hijau yang ada di kota Palu melakukan aksi yang bertajuk “Bergerak Untuk Indonesia Bebas Sampah 2020,” Minggu Pagi (22/2/2015), bertepatan dengan acara Car Free Day yang dilaksanakan serentak Seindonesia.
Kegiatan peduli lingkungan yang berupa bersih-bersih sampah dari komunitas Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Sulawesi Tengah, Gerkatin Sulteng, Earth Hour, Komunitas Gerakan Berbagi, Perwakilan BLH kota palu, Bappeda Kota Palu, BPM, serta masyarakat umum.
Aksi tersebut dilakukan dengan Berjalan, Berlari, Bersepeda. Kemudian pada pelaksanaannya setiap peserta diminta untuk menginstal aplikasi PhiRuntrophy melalui Appstore, yang mana melalui penggunaan aplikasi tersebut setiap 1 km, peserta mendonasikan Rp. 2000 untuk Gerakan Indonesia Bebas Sampah.
Muhammad Ruslan selaku Koordinator Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Palu mengatakan bahwa aksi tersebut digelar bertepatan dengan kegiatan dari pihak Kepolisian yang melakukan uji coba penutupan jalan dari patung kuda talise hingga taman ria. Uji coba tersebut dalam rangka pelaksanaan Car Free Day yang akan resmi dilaksanakan setiap minggu pagi mulai bulan maret 2015 mendatang.
“Aksi tersebut bertepatan dengan kegiatan pihak kepolisian melaksanakan uji coba Car Free Day untuk bulan maret kedepan,” ujarnya.
Muhammad Ruslan juga menambahkan bahwa jika ingin ikut serta menjaga kebersihan kota ini, minimal setiap diri pribadi jangan membuang sampah sembarangan.
“Minimal setiap diri pribadi jangan membuang sampah sembarangan lah,” tambahnya.
Disamping itu juga, Alfrianti Ketua Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Sulawesi Tengah mengatakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat kota Palu mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua akan pentingnya menjaga lingkungan, Agar masyarakat bisa membiasakan budaya hidup bersih, Pemudanya harus lebih tanggap terhadap lingkungan dan kegiatan yang bernilai positif.
“Dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat Kota Palu dengan kegiatan yang positif untuk lingkungan, agar kedepannya bisa menjadikan Kota Palu bebas sampah dan tidak kalah dengan Kota-Kota lainnya yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Afrianti juga menambahkan bahwa pemerintah tolong dukungan dan partisipasinya bukan sekedar teori tetapi juga tindakan, karna kesadaran masyarakat membutuhkan pemerintah yang sadar akan tanggung jawabnya. serta menghimbau kepada masyarakat Sulawesi Tengah untuk lebih inovatif dan kreatif untuk melihat sampah sebagai suatu yang bernilai.
“Untuk masyarakat Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, Jadilah karakter yang inovatif dalam memilih sampah, karna sampah itu memiliki nilai,” tegasnya.
Dwi Wahyu Reza
B 501 14 005