Potensi budidaya rumput laut di Teluk Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah terancam punah dengan berkembangnya investasi pertambangan galian sejak beberapa tahun terakhir di sekitar teluk yang tenang itu,sehingga mengakibatkan ratusan petani rumput laut di daerah itu beralih profesi menjadi buruh tambang, karena budidaya rumput laut terganggu dari aktifitas kapal milik usaha tambang galian, yang menyebabkan tercemarnya air laut yang diakibatkan oleh kapal-kapal tongkang yang membawa material galian dari pertambangan.
hal itu yang mengakibatkan rusaknya budidaya rumput laut dari warga, yang menyebabkan petani rumput laut merasa enggan untuk membudidayakan rumput laut dan lebih memilih menjadi buruh tambang sehingga meninggalkan aktivitas yang digelutinya sebelum masuknya perusahaan tambang.
hal itu yang mengakibatkan rusaknya budidaya rumput laut dari warga, yang menyebabkan petani rumput laut merasa enggan untuk membudidayakan rumput laut dan lebih memilih menjadi buruh tambang sehingga meninggalkan aktivitas yang digelutinya sebelum masuknya perusahaan tambang.
Sebenarnya budidaya rumput laut ini adalah salah satu aktivitas yang begitu menjanjikan bagi warga, dan kegiatan ini juga tidak mencemari ekosistem dilaut dibandingan dengan pertambangan yang walaupun hasil yang begitu besar tentu saja akan membuat pengaruh negative bagi ekosistem laut Selain itu juga dampak dari, limbah galian pertambangan dan tumpahan minyak dari kapal tongkat ikut merusak pembudidayaan rumput laut. Padahal, potensi pengembangan rumput laut sangat besar di kawasan tersebut.
dan dapat membunuh binatang yang berada dilaut akibat dari limbah yang menetes kelaut apalagi dalam jangka yang lumayan panjang.
Penyerapan tenaga kerja juga tidak seberapa karena mayoritas hanya buruh kasar, belum lagi dampak penyakit dan kerusakan lingkungan akibat penambangan itu, jadi bisa dikatakan warga disekitar kenanya dampak dari pertambangan itu hanya sebagai penonton dan sebagai penanggung dari dampak yang titimbulkan melalui pencemaran.
Mereka juga memerlukan pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga kecilnya yang hanya mengharapkan dari aktivitas membudidayakan rumput laut, tetapi kenyataan yang mereka harus hadapi dan pekerjaan yang mampu menghidupi mereka harus termusnahkan oleh kegiatan yang sama sekali tidak mereka inginkan, mungkin hanya orang-orang besar yang berada didalam kegiatan penambangan itulah yang merasakan keuntungan dari aktivitas penambangan itu tetapi tidak untuk rakyat kecil yang menggantungangkan hidupnya pada budidaya rumput laut yang kini hanya tinggal sedikit harapan yang tidak bisa dilakukan kembali.
Dalam hal ini seharusnya pemerinta harus mengevaluasi kegiatan tambang tersebut, dan kembali menggalakkan budidaya rumput laut yang sebelumnya menjadi primadona di Palu, bukanya ingin menghentikan aktivitas pertambangan, tetapi setidaknya peemerintah memberikan solusi yang baik agar budidaya rumput laut tidak dipunahkan oleh kegiatan dari pertambangan karena sebagian orang dari warga menggantungkan hidupnya dengan budi daya rumput laut.
=====================================================================
Reklamasi Pantai Talise, menghilangkan mata pencaharian warga dan merusak lingkungan maupun makhluk hidup..
Kita semua membutuhkan garam untuk penyedap makanan, bukan reklamasi maupun bangunan yang tinggi.
Pantai Talise kini terancam akan di reklamasi atau ditimbun. Hal tersebut membuat banyak para petani garam merasa keberatan terhadap sikap pemerintah ini karena secara langsung aktivitas reklamasi pantai akan membuat petani garam akan punah tergantikan oleh tingginya Mall, Pusat Perbelanjaan dll.
Seperti yang kita ketahui selama ini bahwa lahan sawah penggaraman itu menjadi sumber mata pencaharian utama bagi para petaninya. Selama ini mereka mengais rezeki untuk menafkahi istri, anak dan keluarga mereka. Sementara dengan alasan lain.,
pemerintah berniat mengubah wajah penggaraman yang selama ini khas dengan aroma garam tradisionalnya menjadi sebuah kawasan elit dengan panorama gedung pencakar langit untuk sebuah hotel dan rumah sakit berkelas internasional.
Kebijakan tersebut tentu saja membuat cemas banyak pihak khususnya para petani garam sekitar. Kecemasan para petani itu bisa dilihat dari sikap protes mereka yang terpasang pada sebuah spanduk yang bertuliskan bahasa penolakan terhadap rencana itu. “Kami Petani Garam Talise, Menolak Reklamasi”.
Mungkin hanya dengan tulisan sederhana itu mereka berharap bisa menggugah nurani para pengambil kebijakan di daerah ini untuk sedikit menoleh kepada kegalauan mereka. Karena mereka mulai cemas , jika reklamasi itu akan membuat mereka kehilangan mata pencaharian. Sebab, jika nanti rencana reklamasi sepanjang 500 meter dari bibir pantai itu akan dengan sendirinya membuat air persawahan mereka kering. Itu artinya, mereka bisa kehilangan sumber irigasi air lautnya. Bagaimana tidak, reklamasi itu akan membuat para petani kesulitan mendapatkan air laut yang cukup untuk mengisi tambak-tambak garam mereka. Karena, secara otomatis akan semakin membuat jarak tempuh pengairan menujuk areal tambak penggaraman semakin terhambat dan sulit. Sementara sekitar 18 hektare keseluruhan luas tambak garam di wilayah itu tentu saja mengandalkan air laut sebagai sumber pembuatan garam. Kecemasan para petani mulai terasa.
Belum lagi masalah dan dampak yang ditimbulkan dari reklamasi pantai untuk lingkungan sekitarnya. Contoh kasus di Manado, Pada dasarnya reklamasi pantai boulevard bermanfaat untuk kelangsungan peningkatan ekonomi daerah kota Manado, akan tetapi reklamasi pantai sudah mulai disalah gunakan bagi para pengelolah pusat hiburan. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup yang ada dikota Manado antara lain daerah disekitar pesisir pantai rawan banjir karena peninggian air laut yang disebabkan oleh luas volume di laut yang berkurang.
Musnahnya tempat tinggal hewan dan tumbuhan khususnya disekitar daerah pesisr pantai yang bila terus menerus berlanjut akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah bahkan total bagi ekosistem laut yang ada dikota Manado. Perubahan cuaca yang meningkat drastis akibat matinya tanaman bakau yang ikut berperan dalam menghasilkan oksigen bagi mahluk hidup. Dampak lainnya yaitu pencemaran laut didaerah sekitar reklamasi pantai, seperti pembuangan limbah pusat hiburan berupa sampah anorganik yang bisa membawa dampak buruk bagi ekosistem laut, terutama bagi ikan-ikan dilaut, sehingga turut dirasakan oleh para nelayan bahwa penangkapan sangat menurun drastis. Sebelum Pantai Talise Kota Palu bernasib sama seperti di Manado.
Mengapa Negri ini hanya menuju kepada pembangunan dan tempat belanja dan sebagainya, mengapa tidak ada pemikiran untuk “melestarikan” apa yang sudah ada tanpa harus mengurangi potensi dari alam yang bisa bermanfaat bagi warga disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari apalagi kita ketahui minimnya lowongan kerja di negri ini. Menambahnya penghasilan dalam suatu daerah tetapi menelantarkan sebagian orang kecil yang juga butuh makan untuk melangsungkan kehidupanya dan keluarga kecilnya.Belum lagi suatu dampak yang akan ditimbulkan oleh pembangunan tersebut.
Ayo marilah…! kita bersama menolak reklamasi Pantai Talise demi menyelamatkan para Petani Garam dan Mahluk hidup yang akan ditimbun oleh pemerintah kota.
Ketut suta
B 501 14 046
B 501 14 046
Tidak ada komentar:
Posting Komentar