SELAMAT DATANG DI BLOG ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS TADULAKO '14... Blog ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DASAR-DASAR JURNALISTIK

10 November 2015

PASAR KALAH AKAN EKSISNYA GEDUNG- GEDUNG BESAR DI KOTA PALU

PALU(5/11)-     Dizaman modern sekarang ini pasar hilang penghuni akan jiwa- jiwa mudanya, yang banyak terlihat hanyalah kalangan ibu- ibu, para masyarakat yang menjadi penjual di pasar bertanya- tanya “apa yang salah dari pasar sehingga para pemuda- pemudi tidak lagi berdatangan di pasar”.

    Fenomena ini sudah tidak asing lagi untuk kita lihat, bisa di lihat sekarang para pemuda- pemudi atau para remaja lebih pilih menginjakkan kakinya di gedung- gedung elit daripada ke pasar, ini bisa membuat pendapatan masyarakat yang berjualan di pasar mendaptkan dampak yang menonjol. Kalu kita melihat dari sisi luarnya pasar memang sangat kalah saing dengan gedung- gedung elit yang sekarang banyak beemunculan di kota palu, pasar yang tempatnya becek, panas, debu yang berkeliaran juga membuat para remaja ini malas untuk berdatangan di pasar mereka lebih memilih datang ketempat yang di dapalamnya nyaman, indah, dan di kelilingi AC yang membuat mereka merasakan kesejukan. Sangat menonjol perbedaan pasar dan gedung- gedung elit ini, tapi di lihat dari segi kualitas di pasar juga mnenjual barang- barang yang tidak kalah bagus dari gedung- gedung elit itu. Apalagi di pasar kita bisa saling tawar- menawar dari harga barang yang ada. Kebiasaan tawar menawar inilah yang di sukai para ibu- ibu.

    “saya memang mengakui kalau mall- mall yang ada di kota palu sangat bagus, bagus di jadikan tempat selfie- selfie tempat nongkrong sama teman- teman dan bisa dijadikan sebagai tempat yang sangat cocok untuk kerja tugas, tetapi saya tidak menyampingkan pasar, saya mengakui saya lebih suka berbelanja di pasar dari pada di gedung- gedung elit, di pasar kita bisa tawar habis- habisan kalau di mall malu- maluin nawar barang yang sdh ada harganya” jelas seorang remaja. Ini pendapat seorang remaja yang menyukai pasar tapi bagaimna denga para remaja yang tidak suka dengan pasar ini sangat memperhatinkan.

    Di pasar banyak keluarga yang menjadikan pasar adalah tempat mata pencaharian mereka, kenapa anak mudah sekarang tidak melihat itu. Panas, becek, debu bisa di atasi tapi karena gengsi yang di miliki remaja sekarang yang membuat mereka buta akan kepeduliannya kepada masyarakat yang membutuhkan pelanggan di pasar. Di pasar bisa selfie tidak jawab beberapa remaja “untuk apa cape- cape ke pasar panas- panasan kan sekaran sudah ada mini market yang tidak becek dan panas” ungkap salah satu remaja. Kita tidak bisa menyalahkan remaja- remaja ini juga mereka hanya mengikuti alurnya globalisasi. Yang mana mereka hidup di zaman yang serba moderen sekarang.

“bukan hanya remaja kok yang banyak berdatangan di gedung- gedung elit para ibu- ibu juga kebanyakan datang dan berbelanja di gedung- gedung elit ini” ungkap salah satu remaja mebela diri. Para kalangan ibu- ibu biasanya belanja di gedung- gedung elit itu punya waktu seperti hari- hari besar contahnya Lebaran, Natal dan tahun baru. Pasar memang memiliki dampak- dampak yang dapat membuat para pembelinya merasakan kebosanan tapi kita sebagai manusia yang memiliki perasaan pasti kita juga memikirkan bagaimana perjuangan masyarakat yang berpanas- panasan berjualan di pasar hanya untuk menafkahi keluarganya.untuk para remaja marilah buka mata hati kita untuk melihat sedikit perjuanagn itu.

=======================================================================

CERITA NELAYANG KOTA PALU DALAM NASKA
REKLAMASI PANTAI OLEH SANGGAR SENI KAKTUS

PALU (05/11)- Cerita Nelayan dan Petani garam kota Palu yang di publikasikan melalui pertunjukan Seni oleh para Pekerja Seni Sanggar Seni Kaktus Fisip. Dengan mengangkat tema Reklamasi Pantai yang bertujuan mewakili perasaan masyarakat tentang apa yang mereka rasakan akibat reklamasi Pantai ini.

    Nelayan kota palu kini tak bisa  berbuat apa- apa, laut yang dulunya di jadikan tempat mata pencaharian sebagian masyarakat kota palu kini menjadi wilayah Reklamasi Pantai yang di lakukan para kontraktor yang bekerjasama dengan pemerintah yang bertujuan untuk membangun tempat pariwisata di kota Palu. Kejadian ini di angkat menjadi sebuah Tema pertunjukan Expo Sanggar Seni Kaktus tahun 2015 yang berjudul Reklamasi Pantai. Para Mahasiswa yang menjadi Panitia, Pemain Drama, Penari dan Pemusik menampilkan sebuah pertunjukan seni yang menceritan tentang bagaimana masyarakat dan pembangunan reklamasi pantai ini.dalam pertunjukan seni ini para mahasiswa bertujuan untuk mempublikasikan bagaimana perasaan para masyarakat dan juga bertujuan untuk melontarkan pertanyaan kepa masyarakat “apakah masyarakat menerima Reklamasi ini di lakukan atau sebaliknya ?”. itulah tujan pertunjukan seni ini di buat.

Didi  dan Saribanon adalah penulis dari Naskah Expo ini. Didi mengungkapkan “saya menulis Naska ini hanya untuk mewakili para masyarakat dan pemerintah kemudian saya ingin melontarkan banyak pertanyaan kepada mereka, siapkah mereka dengan Reklamasi yang akan di bangun itu” jelas sang penulis sekaligus sutradara dari Pertunjukan Seni ini. Para Mahasiswa sangat memperhatikan maslaha yang sedang melanda sebagian masyarakat Kota palu ini “saya sebagai pemain dalam pertunjukan seni ini sangat merasakan bagaimana para masyarakat sangat terbebani dengan Reklamasi ini, banyak para nelayan yang akhirnya tak bisa lagi merasakan indahnya tempat mata pencaharian mereka” ungkap Pupy pemain drama dalam pertunjukan seni ini.

    Dalam pertunjukan seni ini kita bisa melihat bagaimna perjuangan masyarakat mempertahankan wilayah mereka tetapi para pengusaha mengiming- imingkan hal- hal yang menggiurkan masyarakat tapi pada akhirnya masyarakat merasakan keresahan itu. Para mahasiswa berusaha keras memberikan penampilan yang baik agar pesan yang terkandung di dalam pertunjukan tersebut tersampaikan dengan baik kepada masyarakat ataupun pemerintah.

Agung Irnadi mengatakan "Dalam pertunjukan ini kami selaku mahasiswa tidak menjadi orang- orang yang Pro ataupun Kontrak dalam permasalahan ini, kami hanya ingin melontarkan pertanyaan kepada kedua pihak ini” jelas salah satu Panitia Expo ini. Sudah sangat terlihat dalam pertunjukan seni ini masyarakat masi bingung atas keputusan yang akan mereka ambil di satu sisi Pantai adalah tempat mata pencaharian mereka tetapi di sisi lain pembangunan tempat Wisata itu sangat bagus untuk Kota yang lagi dalam tahap maju ini. Kita bisa lihat sekarang di sekitaran pinggir pantai sudah tertimbun dan sudah mulai dibangun berbagai tempat wisata, ini juga bisa menjadi lahan kerja untuk sebagian masyrakat, lahan untuk berjualan sangat terbuka untuk para masyarakat yang ingin membuka cafe- cafe di pinggiran pantai. Tapi apakah para nelayan dan petani garam bisa melakukannya ? semuanya masi tanda tanya, pemerintah juga belum memperlihatkan kebijakannya.

Sampai saat ini Reklamasi Pantai masi di berjalan masyarakat kota palu hanya bisa melihat dan menunggu apa yang akan di lakukan pemerintah kepada mereka, masalah ini tidak akan selesai sampai pemerintah mendapatkan solusi yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Tiara Ainun Pertiwi
B 501 14 051

Tidak ada komentar:

Posting Komentar