SELAMAT DATANG DI BLOG ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS TADULAKO '14... Blog ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DASAR-DASAR JURNALISTIK

10 November 2015

Kuliner yang menjadi ikon kota palu

Utadada merupakan makanan khas Tanah Kaili yang sangat terkenal. Uta dalam bahasa Kaili berarti sayur, sementara dada adalah ayam atau ikan (lebih mengarah ke dada ayam).

Utadada merupakan jenis makanan berkuah santan agak pedas dengan aroma khas dari wangi ayam bakar yang dimasak santan serta disajikan bersama ketupat atau burasa.

Selain menggunakan daging ayam sebagai bahan baku utama, utadada dapat menggunakan ikan jenis cakalan asap atau dalam bahasa kaili bau tapa. Bumbu yang sederhana menguatkan aroma ayam bakar berkuah santan ini.

Lalu, mengapa kaledo tidak dijadikan ikon kuliner Kota Palu?. Kadis Pariwisata mengungkapkan, untuk menjadi ikon kuliner daerah, masakan tersebut harus memiliki sejarah dan cerita asal usul masakan tersebut.

“Bumbunya harus dijaga, sejak dulu hingga saat ini bumbunya tidak pernah berganti atau ditambah dengan bumbu baru. Dan masakan itu harus memiliki cerita asal mula,” jelasnya.

Saat mengajukan kaledo sebagai ikon kuliner khas Kota Palu di Pemerintah Pusat, kaledo tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan ikon kuliner dan justru utadada yang disebut sebagai ikon kuliner tanah Tadulako.

“Sekarang ada 30 ikon kuliner daerah di Indonesia, dan utadada merupakan ikon kuliner Kota Palu,” kata Rosdiana.

======================================================================


Kaledo, Kuliner khas Sulawesi Tengah


Jika anda jalan-jalan ke kota Palu, Sulawesi Tengah jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas daerah ini yang bernama Kaledo. Apa itu kaledo? Ada yang mengatakan kalau Kaledo merupakan singkatan dari ‘Kaki Lembu Donggala’.


Kuliner khas Sulawesi Tengah ini termasuk dalam jenis makanan yang memiliki kuah bening dan agak kekuning-kuningan, dengan rasa yang sangat khas. Kaledo ini pertama kali muncul dengan hanya menggunakan bahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, seiring dengan waktu berjalan dan penjual Kaledo pun semakin bertambah membuat tulang kaki sapi semakin sulit untuk diperoleh. Maka untuk mensiasati hal ini, para penjual Kaledo pun banyak yang menambahkan tulang belakang sapi sebagai pelengkap bahan utama.

Berdasarkan sumber yang otentik, kebanyakan orang tidak ada yang mengetahui dari mana asal-usul makanan khas ini dan banyak juga yang beranggapan bahwa makanan khas ini tidak memiliki asal-usul. Namun, ada sebuah cerita pada zaman dahulu di wilayah Sulawesi Tengah terdapat orang yang sangat dermawan dan mulia hatinya. Suatu ketika orang tersebut menyembelih sapi dan membagi-bagikan daging sapi tersebut kepada semua penduduk desa setempat. Ketika acara pembagian daging sapi sudah tiba, orang yang pertama kali mendapatkan daging sapi adalah orang Jawa. Orang Jawa tersebut akhirnya memanfaatkan daging tersebut untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pentol bakso. Kemudian, orang yang kedua berasal dari Makassar. Orang Makassar ini tidak mendapatkan daging sapi yang telah di sembelih, akan tetapi ia mendapatkan jeroan (isi perut) sapi, dan kemudian jeroan tersebut di masak sedemikian rupa hingga menjadi makanan yang terkenal dengan nama Coto Makassar. Sementara itu orang Kaili (suku asli Donggala) datang belakangan dan ia hanya memperoleh tulang-tulang kaki sapi dengan sedikit daging yang menempel pada tulang. Kemudian tulang-tulang tersebut dimasak dan disinilah cikal bakal makanan Kaledo.

Muhammad Sulton A
B 501 14 042

Tidak ada komentar:

Posting Komentar