Palu – Minggu (8/11) Tarian tradisional merupakan seni budaya yang tidak bisa kita tinggalkan, sangat melekat pada satu daerah yang bisa menjadikan seni budaya itu dikenal hingga ke pelosok. Begitu juga dengan kota Palu memiliki warisan tarian leluhur yang menjadi kebudayaan seni turun temurun dikembangkan.
Di kota Palu sebenarnya tarian-tarian budaya banyak jenisnya, namun yang lebih menonjol adalah jenis tari pamonte. Tentunya banyak yang bertanya apakah tari pamonte itu? Nah, tari pamonte adalah salah satu tari daerah yang telah merakyat di provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan simbol dan refleksi gerak dari salah satu kebiasaan gadis-gadis suku Kaili pada zaman dahulu untuk menuai padi. secara bergotong-royong.
Pesta panen disebut dengan adat vunja yaitu tradisi masyarakat dalam mensyukuri keberhasilan panen. Dalam tarian ini terlihat jelas proses pengolahan padi menjadi beras. Mulai dari memetik, menumbuk, menapis. Gerak tari pamonte mengikuti syair lagu yang dinyanyikan. Layaknya seorang petani, mereka menggunakan topi caping dalam tarian. Pakaian Tari Pamonte biasanya terdiri dari kebaya berwarna Merah, dihiasi dengan benang emas, dan dilengkapi dengan kerudung warna merah.
Tari Pamonte telah dikenal sejak tahun 1957 yang di ciptakan oleh seorang seniman besar, putra asli Sulawesi tengah yaitu (alm) Hasan M. Bahasyuan, beliau terinspirasi dari masyarakat Sulawesi tengah yang agraris.
Karena pada zaman dahulu masyarakat Suku Kaili mayoritas berprofesi sebagai petani,maka biasanya mereka menyambut musim panen tersebut dengan gembira dan suka cita. Dari kebiasaan itulah Hasan. M. Bahasyua mengangkat kehidupan masyarakat Suku Kaili tersebut menjadi sebuah karya seni yang indah dan dinamakan dengan Tari Pamonte.
Kata Pamonte sendiri berasal dari bahasa kaili tara, bahkan tarian tradisional ini menjadi salah satu pengisi acara saat pembukaan festival teluk Palu. Tari pamonte sendiri memiliki daya pikat yang kuat karena dalam penampilannya mampu menimbulkan suasana gembira baik dalam gerakan maupun lagu yang dinyanyikan dalam bahasa daerah yaitu bahasa kaili.
Maka dari itu, tarian khas Palu harus selalu dikembangkan hingga bisa dikenal ke mancanegara tugas kita para anak-anak muda kota Palu yang harus lebih pintar dan mau terus aktif dalam kegiatan-kegiatan seni budaya yang di adakan di setiap tahun untuk kota Palu.semoga tradisi tarian tradisional ini yang membawa nama kota Palu lebih baik dimata dunia.
Dalam perkembangannya, Tari Pamonte masih terus dilestarikan dan dikembangkan di daerah Sulawesi Tengah. Berbagai kreasi dan variasi juga sering ditambahkan di setiap penampilannya agar terlihat menarik, namun tidak meninggalkan keasliannya.
Namun “Tarian Pamonte harus tetap di adakan secara terus menerus, dulu saya menonton tarian pamonte yang di ikuti oleh semua sekolah yang ada di Kota Palu awalnya saya senang melihat kegiatan itu, namun kegiatan itu hanya sekali dan sampai sekarang belum ada lagi kegiatan yang seperti itu, saya berharap agar pemerintah terus mengadakan kegiatan seperti itu atau lomba tarian pamonte antar sekolah”. Ujar masyarakat yang menyukai Tarian Pamonte
=======================================================================
KAIN TENUN DONGGALA MULAI MENYUSUT
Donggala – Sabtu (7/11) Di setiap propinsi kita bisa menemukan kekayaan budaya seperti kain. Sulawesi Tengah adalah salah satu propinsi yang terkenal dengan kain tenunnya. Tepatnya di kabupaten Donggala.
Nama kain tenun ini adalah kain tenun Donggala, atau juga disebut orang sarung donggala. Orang-orang disana menyebutnya sebagai Buya Sabe.
Kain tenun Donggala telah ada sejak ratusan tahun silam. Kain tradisional dari Kabupaten Donggala itu telah dikenal secara nasional meski namanya tidak seharum batik yang telah ditetapkan menjadi kain busana nasional.
Buya Sabe atau Sarung Donggala, umumnya terbuat dari benang sutra. Dibuat oleh para perempuan paruh baya berusia 50 – 60 tahun dan gadis remaja berusia 12-20 tahun menggunakan alat tenun bukan mesin, yang terbuat dari kayu.
Corak kain tenun ini antara lain, kain palekat garusu, buya bomba, buya sabe, kombinasi bomba, sabe , motif bunga mawar, bunga anyelir, bunga subi, kombinasi bunga subi dan bomba, dan buya subi kumbaja. Corak Buya bomba yang paling sulit, dapat membutuhkan waktu pengerjaan hingga dua bulan. Berbeda dengan corak lainnya hanya beberapa minggu saja.
Dulu, kain atau sarung Donggala hanya boleh dikenakan pada acara perkawinan, sunatan, dan upacara adat. bahkan motif tertentu, seperti palaekat, hanya boleh dikenakan raja atau kaum bangsawan. Seiring dengan perkembangan zaman, kain tenun donggala banyak dimiliki masyarakat umum dan digunakan dalam berbagai kesempatan resmi. Untuk melestarikannya, pemerintah Kabupaten Donggala telah memiliki hak paten atas kain tenun Donggala.
Saat ini, kain donggala makin populer karena para pegawai negeri sipil di Kabupaten tertua di Sulawesi Tengah itu juga diwajibkan memakainya setiap akhir pekan.
Sejumlah tempat di Kabupaten Donggala yang menjadi pusat perajin tenun di antaranya berada di Desa Towale dan Watusampu di Kecamatan Banawa yang berjarak 40 kilometer dari Kota Palu.
Kerajinan kain tenun sarung sutra yang selama ini menjadi andalan masyarakat Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, makin sulit didapatkan. Pasalnya, jumlah perajin terus menyusut. Bahkan, hingga kini, hanya tinggal beberapa perajin saja yang mengembangkan usaha tersebut. Padahal, jumlah permintaan masih cukup besar.
“Belakangan ini, hasil kerajinan mulai menurun di pasaran. Ini karena jumlah perajin terus menyusut dan hanya terbatas pada kalangan tua. Sedangkan anak muda setempat, lebih memilih menjadi buruh atau merantau ke kota ketimbang melanjutkan usaha tenun sarung sutra. Akibatnya, hasil kerajinan sangat sulit didapatkan” Ujar salah satu warga Donggala
Untuk menghidupkan kembali usaha ini, banyak kalangan setempat yang berharap Pemerintah Daerah Donggala mau ikut menyelamatkan kerajinan ini. Namun, sampai sekarang belum ada langkah-langkah nyata dari pemda setempat untuk mengembangkan kembali masa kejayaan kain tenun sarung sutra Donggala
Nama : Moh Faisal
Stambuk : B 501 14 001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar